Sabtu, 21 November 2009

JEAN si JEANIOUS




OLEH : DELA EFAN
      Hari senin adalah awal pertama masuk sekolah setelah 2 minggu libur Ulangan Tengah Semester. Karena hari itu mendung, dan langit seperti menunjukan pukul 05.30 yang pada kenyataan nya jarum jam sudah mengarah pada pukul 06.30. Jean mempercepat langkahnya agar segera sampai ke sekolah. Seketika wajahnya memandang ke langit dan berkata
“ Ya ampun, sepertinya langit memang akan roboh. Apa dia tidak sanggup lagi menampung polusi-polusi yang setiap harinya diciptakan manusia-manusia ini. ”
Sambil memalingkan wajah nya dari langit menuju sekelompok orang yang tengah asyik bersenda gurau dengan sebatang rokok di ujung jari mereka.
Setelah sampai di sekolah, Jean langsung menuju perpustakaan. Pada senin itu upacara bendera tidak dilaksanakan mengingat warna langit yang tidak bersahabat. Tidak lama, benar, hujan pun turun dengan deras nya. Sependapat dengan murid yang lain, Jean berharap akan ada air yang menetes dari langit. Karena kalau terjadi, itu tertanda bahwa tidak akan ada upacara pada hari itu. Jean memang tidak suka upacara. Karena dalam pikirnya upacara berarti berdiri tegap seperti patung sambil mendengar celotehan-celotehan Pembina yang pastinya tidak akan keluar pada soal Ujian Nasional nanti.
Namun, jika ia mengingat kata bu Rusmiyati guru PKn disekolahnya bahwa Kalian sebagai pelajar, cara terinstant dalam bentuk bela negara salah satunya adalah UPACARA. Lagi asyik merenungi itu, tiba-tiba bel masuk pun berbunyi. Jam pertama adalah pelajaran Fisika. Mengingat itu, Jean sangat gembira karena akan diadakan pengambilan nilai, pelajaran ini sangat ia sukai.
“Yes, yes, Fisika. Hari ini ulangan Fisika !!” seru nya sambil meninggalkan perpustakaan menuju ruang kelas.
Segera Jean masuk kelas. Tidak berapa lama guru Fisika datang. Dan ulangan pun di mulai. Jean seperti musuh bagi teman-temannya disaat ulangan. Karena dia tidak akan membiarkan satu teman pun melihat jawaban ulangan nya, bahkan untuk memutar badan ke arah teman yang memanggil, Jean pun segan.
“ Kalau aku memberikan jawaban ku, itu sama saja dengan aku membodohi mereka. Lagipula, apa mereka tidak mempersiapkan diri!. Sudah tahu mau ulangan ” pikir Jean dalam hati.
Namun teman-teman sekelas Jean sudah memaklumi keadaan itu. Karena Jean selalu mengulanginya setiap saat ulangan. Bahkan mereka sudah tahu, siapa yang akan mendapat pujian manis dari para guru karena nilai nya yang selalu menjadi nomor satu di sekolah.
Namun dengan itu, banyak teman yang iri dengan Jean. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa Jean mungkin mempunyai otak cadangan yang berfungsi untuk menyimpan semua materi yang telah ia pelajari. Dan karena itu, Nessa teman sekelas Jean, benci kepada Jean. Selain itu, sebab Nessa membenci Jean juga dikarenakan nilainya selalu menjadi nomor dua setelah Jean. Nessa sempat berfikir
“ Mengapa selalu dia yang mendapat pujian itu, apa guru-guru tidak pernah melihat nilai ku yang 11-12 dengan nilai nya. Uggk! ” bentak nya dalam hati.
Diam-diam Nessa menghasut teman-teman sekelas untuk memusuhi Jean, itu dilakukan untuk mengalihkan perhatian Jean yang terlalu fokus pada buku, tentunya agar nilai Jean menurun. Hari pertama tidak ada yang menganehkan bagi Jean, begitu pun sampai hari ke-3. Baru Jean merasa ada sesuatu pada teman-teman nya ketika hari ke-4. Kebiasaan temannya yang selalu menyapa Jean saat berpapasan, sudah tak terdengar lagi. Bahkan ketika suatu hari Jean menyapa dengan riang kepada teman-temannya,
“ Hai semua, wah.. kalian sedang apa nih ? ”.
Seketika terdengar balasan dari salah satu teman sekelasnya.
“Apa kau harus mengeluarkan suara keras mu itu untuk membuka pembicaraan kita? ”.
“Yah.. maaf deh kalau suara ku mengganggu kalian!” pinta Jean.
“Kau memang penggangu, apa kau tidak sadar akan itu. Sudah sana! ” saut Nessa membentak Jean.
Jean hanya terdiam sambil memikirkan apa yang telah ia perbuat sampai-sampai temannya berlaku seperti itu.
“ Apa karena aku tidak memenuhi semua panggilan mereka waktu ulangan Fisika itu ya..! Hemm, sudahlah biarkan. ”Gumam Jean dalam hati.
Keadaan itu terus berlanjut pada hari-hari berikutnya sampai ulangan Matematika diadakan. Saat pembacaan nilai, seperti biasa Jeanlah yang menjadi juara pertama. Bahkan justru nilai Nessa merosot jauh dibawah Jean.
Sadar akan hal itu, Nessa merasa bahwa apa yang selama ini diperbuatnya pada Jean hanya sia-sia, bahkan dengan itu dia tidak mendapat keuntungan apa-apa. Mulai dari itu Nessa dan teman-teman berusaha untuk mengembalikan keadaan. Mereka meminta maaf tentang semua yang telah mereka perbuat kepada Jean.
Namun Nessa dan teman-teman sempat pesimis, mereka takut permintamaafan nya di tolak oleh Jean, mengingat apa yang telah mereka perbuat selama ini kepada Jean. Ketika berpapasan dengan Jean saat jam istirahat, Nessa dan teman-teman mencoba mengakrabkan diri lagi dengan Jean. Mereka menyapa Jean dengan volume suara yang mungkin untuk jarak 5m kedepan masih jelas terdengar .
“Hai Jeeeaaannn !”. seru mereka bersamaan. Sontak Jean kaget, karena jarak mulut mereka dari telinga Jean hanya kurang lebih 1 meter.
“ Ya ampun, antusias sekali kalian menyapa ku!! Hai juga, ada apa sih? “ balas Jean dengan wajah heran.
Nessa melanjutkan pembicaraan nya,
“ Jean, kami minta maaf ya !”.
“ Minta maaf soal apa? Memang kalian salah apa kepada ku !“ ujar Jean.
“ Soal waktu itu, aku dan teman-teman pernah membentak mu, bahkan aku pernah bilang kalau kau adalah pengganggu, maafkan ya.” Ungkap Nessa dengan raut menyesal.
“Oh, kalau itu sih aku tidak permasalahkan. Malah setelah kau berkata seperti itu, aku jadi rajin introspeksi diri. Lagipula aku juga punya banyak salah dengan kalian.” Ucap Jean mencoba mengingatkan mereka.
“ Salah satu dari teman sekelas nya seketika bersaut, “Haa.. Memang ada?? ” dengan wajah heran.
“ Ya, apa kalian tidak ingat ! Setiap kalian memanggil ku saat ulangan, aku tidak pernah membalas panggilan kalian kan?? ” Ujar Jean.
“Yahh, kalau yang itu sih tidak termaksud kesalahan mu!! “ saut teman yang satunya lagi mengakrabkan.
“ Jadi gimana ?. Apa kau bersedia memaafkan kami?” ujar Nessa memohon kepada Jean.
Dalam pikirnya, Jean mengingat satu kutipan buku yang pernah ia baca bahwa Balaslah keburukan temanmu dengan kebaikan dan maafkanlah dia, sebenarnya memaafkan itu adalah sesuatu yang indah.
“Iya, aku sudah memaafkan kalian kok !! “ ucap Jean dengan wajah tersenyum seolah melupakan semua hal yang telah Nessa dan teman-teman nya perbuat.
Setelah Jean menerima permintamaafan Nessa dan teman-temannya. Mereka semua kembali bersahabat tanpa adanya rasa iri antar satu sama lain.

1 komentar: